Senin, 23 Mei 2022
fabasyir.com
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Liputan
  • Kolom
  • Gaya Hidup
  • Edukasi
  • Sastra
  • Khazanah
  • Videocast
  • Beranda
  • Liputan
  • Kolom
  • Gaya Hidup
  • Edukasi
  • Sastra
  • Khazanah
  • Videocast
No Result
View All Result
Fabasyir
No Result
View All Result
Home Biografi

Terjemah Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani

By: fabasyir
9 September 2021
- Biografi
Terjemah manaqib syekh abdul qodir jaelani
1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Terjemah Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani ini merupakan biografi Syekh Abdul Qodir Jaelani. Terjemah manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani merupakan kisah kehidupan serta kebajikan dan sifat yang terpuji dari Syekh Abdul Qodir Jaelani . Berikut ini terjemah manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani dan paling bawah juga disertai bacaan manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani :

Terjemah Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani bagian 1

1. Kelahiran Syekh Abdul Qodir Jaelani

Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama terkenal. Ia bukan hanya terkenal di mana ia tinggal, Baghdad, Irak saja. Tetapi hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia mengenalnya. Hal itu dikarenakan kesalihan dan ilmunya yang demikian tinggi dalam bidang ajaran Islam, terutama dalam bidang tasawuf.

Nama sebenarnya adalah Abdul Qadir. Ia juga dikenal dengan berbagai gelar atau sebutan seperti; Muhyiddin, al Ghauts al Adham, Sultan al Auliya, dan sebagainya. Abdul Qadir Jailani masih keturunan Rasulullah Saw. Ibunya yang bernama Ummul Khair Fatimah, adalah keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad Saw.

BacaJuga:

lirik sholawat ibadallah rijalallah

Sholawat Ibadallah Rijalallah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

2 November 2021
kunci kesuksesan

Kunci Kesuksesan dari Kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

6 Oktober 2021

Jadi, silsilah keluarga Syekh Abdul Qodir Jaelani jika diurutkan ke atas, maka akan sampai ke Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Abdul Qadir Jailani dilahirkan pada tahun 1077 M. Pada saat melahirkannya, ibunya sudah berusia 60 tahun. Ia dilahirkan di sebuah tempat yang bernama Jailan. Karena itulah di belakang namanya terdapat julukan Jailani. Penduduk Arab dan sekitarnya memang suka menambah nama mereka dengan nama tempat tinggalnya.

2. Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Perampok

Setelah menginjak masa remaja, Sekh Abdul Qodir Jaelani pun minta izin pada sang ibu untuk pergi menuntut ilmu. Dengan baik hati sang Ibu mengizinkannya. Oleh sang ibu, ia dibekali sejumlah uang yang tidak sedikit, dengan disertai pesan agar ia tetap menjaga kejujurannya, jangan sekali-sekali berbohong pada siapapun. Maka, berangkatlah Abdul Qadir muda untuk memulai pencarian ilmunya.

Namun ketika perjalanannya hampir sampai di daerah Hamadan, tiba-tiba kafilah yang ditumpanginya diserbu oleh segerombolan perampok hingga kocar-kacir. Salah seorang perampok menghampiri Abdul Qadir, dan bertanya,
“Apa yang engkau punya?”

Sekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab dengan terus terang bahwa ia mempunyai sejumlah uang di dalam kantong bajunya. Perampok itu seakan-akan tidak percaya dengan kejujuran Sekh Abdul Qodir Jaelani . Bagaimana mungkin ada orng engaku jika memiliki uang kepada perampok. Kemudian perampok itupun melapor pada pemimpinnya.

Sang pemimpin perampokpun segera menghampiri Abdul Qadir. Ia menggeledah baju Abdul Qadir. Ternyata benar, di balik bajunya itu memang ada sejumlah uang yang cukup banyak. Kepala perampokitu benar-benar dibuat seolah tidak percaya. Ia lalu berkata kepada Abdul Qadir,
“Kenapa kau tidak berbohong saja ketika ada kesempatan untuk itu?”

Maka Sekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab, “Aku telah dipesan oleh ibundaku untuk selalu berkata jujur. Dan aku tak sedikitpun ingin mengecewakan beliau.”

Sejenak kepala rampok itu tertegun dengan jawaban Abdul Qadir, lalu berkata: “Sungguh engkau sangat berbakti pada ibumu, dan engkau pun bukan orang sembarangan.”

Kemudian kepalaperampok itu menyerahkan kembali uang itu pada Abdul Qadir dan melepaskannya pergi. Konon, sejak saat itu sang perampok menjadi insyaf dan membubarkan gerombolannya.

3. Syekh Abdul Qodir Jaelani Mengembara

Pencarian ilmunya berlanjut. Kemudian berangkatlah Seykh Abdul Qodir Jaelani ke Baghdad. Baghdad adalah ibukota Irakl. Saat itu Baghdad adalah sebuah kota yang paling ramai di dunia. Di Baghdad berkembang segala aktiitas manusia. Ada yang datang untuk berdagang atau bisnis, mencari pekerjaan atau menuntut ilmu. Baghdad merupakan tempat berkumpulnya para ulama besar pada saat itu.

Saat itu tahun 488 H. Usia Abdul Qadir baru 18 tahun. Pada saat itu, khalifah atau penguasa yang memimpin Baghdad adalah Khalifah Muqtadi bi-Amrillah dari dinasti Abbasiyyah.

Ketika Syaikh Abdul Qadir hampir memasuki kota Baghdad, ia dihentikan oleh Nabi Khidir as. Nabi Khidir adalah seorang Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan diyakini para ulama masih hidup hingga kini. Saat menemui Abdul Qadir itu, Nabi Khidir mencegahnya masuk ke kota Bagdad itu.
Nabi Khidir berkata, “Aku tidak mempunyai perintah (dari Allah) untuk mengijinkanmu masuk (ke Baghdad) sampai 7 tahun ke depan.”

4. Syekh Abdul Qodir Jaelani Tujuh Tahun Tinggal di Tepi Sungai

Tentu saja Abdul Qadir bingung.mengapa ia tidak diperbolehkan masuk ke kota Baghdad selamatujuh tahun? Tetapi Abdul Qadir tahu, bahwa jika yang mengatakan itu adalah Nabi Khidir, tentu dia harus mengikuti perntahnya tersebut.

Oleh karena itu, Abdul Qadir pun kemudian menetap di tepi sungai Tigris selama 7 tahun. Tentu sangat berat. Ia yang selama di umah bisa hidup bersamaorang tua dan saudara-saudaranya di rumah, sekarang harus hidup sendiri di tepi sebuah sungai. Tidak ada yang dapat dimakannya kecuali daun-daunan. Maka selama tujuh tahun itu ia memakan dedaunan dan sayuran yang bisa dimakan.

Pada suatu malam ia tertidur pulas, sampai akhirnya ia terbangun di tengah malam. Ketika itu ia mendengar suara yang jelas ditujukan kepadanya. Suara itu berkata, “Hai Abdul Qadir, masuklah ke Baghdad.”

Keesokan harinya, iapun mengadakan perjalanan ke Baghdad. Maka, ia pun masuk ke Baghdad. Di kota itu ia berjumpa dengan para Syaikh, tokoh-tokoh sufi, dan para ulama besar. Di antaranya adalah Syaikh Yusuf al Hamadani. Dari dialah Abdul Qadir mendapat ilmu tentang tasawuf. Syaikh al Hamadani sendiri telah menyaksikan bahwa Abdul Qadir adalah seorang yang istimewa, dan kelak akan menjadi seorang yang terkemuka di antara para wali.

5. Syekh Abdul Qodir Jaelani Berguru Kepada Para Ulama Besar

Syaikh al-Hamdani berkata, “Wahai Abdul Qadir, sesungguhnya aku telah melihat bahwa kelak engkau akan duduk di tempat yang paling tinggi di Baghdad, dan pada saat itu engkau akan berkata, Kakiku ada di atas pundak para wali.”

Selain berguru kepada Syaikh Hamdani, Abdul Qadir bertemu dengan Syaikh Hammad ad-Dabbas. Syekh Abdul Qodir Jaelani berguru pula kepadanya. Dari Syaikh Hammad, Abdul Qadir mendapatkan ilmu Tariqah. Adapun akar dari tariqahnya adalah Syari’ah. Dalam taiqahnya itu beliau mendekatkan diri pada Allah dengan doa siang malam melalui dzikir, shalawat, puasa sunnah, zakat maupun shadaqah, zuhud dan jihad, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw sendiri.

Kemudian Syekh Abdul Qodir Jaelani berguru pada al Qadi Abu Said al Mukharimi. Di Babul Azaj, Syaikh al Mukharimi mempunyai madrasah kecil. Karena beliau telah tua, maka pengelolaan madrasah itu diserahkan kepada Abdul Qadir. Di situlah Syaikh Abdul Qadir berdakwah pada masyarakat, baik yang muslim maupun non-muslim.

Dan dari Syaikh al Mukharimi itulah Syaikh Abdul Qadir menerima khirqah (jubah ke-sufi-an). Khirqoh itu secara turun-temurun telah berpindah tangan dari beberapa tokoh sufi yang agung. Di antaranya adalah Syaikh Junaid al-Baghdadi, Syaikh Siri as-Saqati, Syaikh Ma’ruf al Karkhi, dan sebagainya.

6. Syekh Abdul Qodir Jaelani Menjadi Ulama Besar

Syekh Abdul Qodir Jaelani tidak hanya berguru kepada para ulama di atas. Dia juga memperdalam ilmunya kepada para ulama besar yang lain. Di antaranya adalah Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Seluruh guru-guru Syaikh Abdul Qadir tersebut adalah para ulama besar yang ilmunya sangat luas dalam bidang agama. Sebab itulah, tidak heran jika kemudian Syaikh Abdul Qadir menjadi ulama besar menggantikan para ulama tersebut.

Sebegaimana telah disebutkan, suatu ketika Abu Saad Al Mukharrimi, guru Syaikh Abdul Qadir, membangun sekolah atau Madrasah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak cukup untuk menampung orang yang datang ingin berguru kepada Syaikh Abdul Qadir.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab. Ia berdakwah kepada semua lapisan masyarakat, hingga dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Syaikh Abdul Qadir Jailani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq. Akhirnya beliau dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H.

Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya, Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M). Kemudian diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Syaikh Abdul Qadir Jailani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M). Namun sayang sekali, sekolah yang besar itu akhirnya hancur ketika Baghdad diserang oleh tentara Mongol yang biadab pada tahun 656 H/1258 M.

Syeikh Abdul Qadir Jailani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia bernama tarekat Qadiriyah.

7. Kesaksian Para Syekh terhadap Syekh Abdul Qodir Jaelani

Syekh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syaikh Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syaikh Junaid al-Baghdadi sedang bertafakur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata, Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!

Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan beliau itu. Kata Syaikh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan mengatakan, Kakiku ada di atas pundak para Wali.”

Syaikh Abu Bakar ibn Hawara, juga hidup sebelum masa Syaikh Abdul Qadir. Ia adalah salah seorang ulama terkemuka di Baghdad. Konon, saat ia sedang mengajar di majelisnya, ia berkata:

“Ada 8 pilar agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syaikh Ma’ruf al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syaikh Bisri al Hafi, 4) Syaikh Mansur ibn Amar, 5) Syaikh Junaid al-Baghdadi, 6) Syaikh Siri as-Saqoti, 7) Syaikh Abdullah at-Tustari, dan 8) Syaikh Abdul Qadir Jailani.”

Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syaikh Muhammad ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syaikh Abdul Qadir Jailani?”

Maka Syaikh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah shalihin yang tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di Baghdad.”
Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad ra. (1044-1132 H), dalam kitabnya “Risalatul Mu’awanah” menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau memilih Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai suri-teladannya.

Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu ataupun di saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.

Dalam hal ini, contohnya adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syaikh Abdul Qadir, lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya. Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikitpun, bahkan beliau tak menghentikan ceramahnya.
Ini membuktikan bahwa Syaikh Abdul Qadir Jailani benar-benar seorang yang tawakkal dan memiliki karamah.

Hafidz al Barzali, mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah seorang ahli fiqih dari madzhab Hanbali dan Syafi’i sekaligus, dan merupakan Syaikh (guru besar) dari penganut kedua madzhab tersebut. Dia adalah salah satu pilar Islam yang doa-doanya selalu makbul, setia dalam berdzikir, tekun dalam tafakur dan berhati lembut. Dia adalah seorang yang mulia, baik dalam akhlak maupun garis keturunannya, bagus dalam ibadah maupun ijtihadnya.”
Abdullah al Jubba’i mengatakan:

“Syaikh Abdul Qadir Jailani mempunyai seorang murid yang bernama Umar al Halawi. Dia pergi dari Baghdad selama bertahun-tahun, dan ketika ia pulang, aku bertanya padanya: “Kemana saja engkau selama ini, ya Umar?” Dia menjawab: “Aku pergi ke Syiria, Mesir, dan Persia. Di sana aku berjumpa dengan 360 Syaikh yang semuanya adalah waliyullah. Tak satu pun di antara mereka tidak mengatakan: “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah Syaikh kami, dan pembimbing kami ke jalan Allah.”

Page 1 of 4
12...4Next
Topik: Manaqib Syekh Abdul Qadir al-JailaniSyekh Abdul Qadir Al-Jailani
ShareTweetSend

Pos Terkait

harun al rasyid
Biografi

Harun Ar-Rasyid, Amir Di Era Keemasan Islam

19 Desember 2021
Jabir Ibnu Hayyan
Biografi

Jabir Ibnu Hayyan: Penemu Ilmu Kimia

18 November 2021
Ibnu Sina
Biografi

Ibnu Sina: Bapak Kedokteran Modern

17 November 2021
Ibnu 'Athaillah As-Sakandari
Biografi

Biografi Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari Pengarang Kitab Al-Hikam

6 November 2021
al-Qusyairi
Biografi

Al-Qusyairi: Sang Imam Penjaga Kemurnian Ajaran Tasawuf

26 September 2021
Biografi KH Wahab Hasbullah
Biografi

Biografi KH Wahab Hasbullah: Sosok Nasionalis dan Organisatoris

3 September 2021
Load More

TERBARU

bacaan bilal tarawih

Bacaan Bilal Tarawih: Sholat Witir dan Tarawih Lengkap

2 April 2022
bacaan doa setelah tarawih

Bacaan Doa Setelah Sholat Tarawih

2 April 2022
amalan malam nisfu syaban

Inilah Bacaan dan Doa Amalan Malam Nisfu Syaban

14 Maret 2022
Doa Malam 27 Rajab

Doa Malam 27 Rajab, Isra Mi’raj Nabi Muhammad

28 Februari 2022
Hizib Bahr

Bacaan Hizib Bahr, Keutamaan dan Cara Mengamalkan

24 Februari 2022
Taman Baca Fabasyir

Taman Baca Annairi, Gerakan Literasi di Pinggiran Kota Semarang

28 Desember 2021
pengemis Yahudi buta

Pengemis Yahudi Buta dan Rasulullah

23 Desember 2021
Load More

DOA, ZIKIR & SELAWAT

Bacaan Sholawat Munjiyat
Ngaji

Bacaan Sholawat Munjiyat, Karomah dan Cara Mengamalkan

By: fabasyir
16 November 2021
0

Mengamalkan sholawat penyelamat atau sholawat munjiyat

Read more
Doa surah yasin

Doa Surah Yasin: Download Bacaan Arab, Latin, & Terjemah

11 November 2021
Bacaan Zikir Sehari Hari

Bacaan Zikir Sehari Hari, Dibaca Rasulullah dan Disukai Allah

8 November 2021
Doa perjalanan

Doa Perjalanan Jauh Naik Mobil, Teks Arab dan Terjemah

7 November 2021
Bacaan Tawasul TQN Suryalaya

Bacaan Tawasul TQN Suryalaya dan Tahlil Ziarah Kubur

7 November 2021
  • Taman Baca
  • Disclaimer
  • Kontak
Annairi

© 2021 Pasulukan Annairi -All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Liputan
  • Kolom
  • Gaya Hidup
  • Edukasi
  • Sastra
  • Khazanah
  • Videocast

© 2021 Pasulukan Annairi -All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist